Mengungkap Kekurangan Pelatih Timnas Inggris Gareth Southgate

Dunia35 Views

Pelatih Timnas Inggris Gareth Southgate, yang telah menjabat sebagai pelatih Timnas Inggris sejak 2016, tidak diragukan lagi telah membawa beberapa kemajuan signifikan. Namun, seperti halnya pelatih mana pun, Southgate juga menghadapi kritik dan tantangan yang perlu dihadapi. Artikel ini akan mengulas beberapa kekurangan yang muncul dalam kepemimpinan Southgate, termasuk analisis taktik pertahanannya, pola permainan yang tidak konsisten, kinerja di turnamen besar, serta keterbatasan strategi dan pemilihan pemain.

Pelatih Timnas Inggris Gareth Analisis Taktik Pertahanan Gareth Southgate

Pada awal masa jabatannya, Southgate dikenal menggunakan formasi 3-5-2 atau 5-3-2 dengan fokus pada soliditas pertahanan. Meskipun pendekatan ini telah menghadirkan kestabilan, sering kali kekurangan kreativitas dalam menyerang dan dianggap terlalu konservatif. Penggunaan tiga bek tengah, meskipun memperkuat lini belakang, cenderung mengorbankan transisi cepat ke depan.

Di Euro 2020, kita melihat penggunaan skema 4-2-3-1 dengan Dier atau Rice sebagai jangkar ganda. Meskipun ini memberikan perlindungan lebih di depan lini pertahanan, hal ini sering meninggalkan celah di sektor sayap ketika bek sayap terlalu maju atau ketika tidak ada koordinasi yang baik antara lini tengah dan belakang. Ini sering kali membuat tim rentan terhadap serangan balik cepat lawan.

Selanjutnya, dalam beberapa pertandingan, khususnya melawan tim-tim besar, pertahanan Inggris terlihat kurang koordinasi dan disiplin. Ketika menghadapi tim-tim dengan serangan balik cepat atau penyerang sayap yang lincah, lini belakang terkadang kehilangan bentuk dan kompaksi, yang berujung pada kebobolan gol-gol penting.

Akhirnya, meski pertahanan solid adalah dasar dari setiap tim yang sukses, kecenderungan Southgate untuk bermain aman terkadang disalahartikan sebagai kurang kepercayaan pada kekuatan menyerangnya sendiri. Ini berpotensi menghilangkan keseimbangan tim dan bisa merugikan dalam situasi di mana diperlukan pendekatan yang lebih agresif.

Pola Permainan yang Tidak Konsisten di Lapangan

Inkonsistensi dalam pola permainan sering kali menjadi masalah bagi Timnas Inggris di bawah asuhan Southgate. Meskipun ada saat-saat di mana tampilan tim sangat impresif dan dominan, ada juga periode di mana permainan terlihat stagnan dan kurang arah. Contohnya, ketika melawan tim-tim yang secara kualitas inferior, Inggris sering kali kesulitan menciptakan peluang dan berjuang keras untuk mendominasi permainan.

Selain itu, switching play atau perubahan pola permainan di tengah pertandingan tampaknya belum sepenuhnya optimal. Taktik yang berubah-ubah antara ultra-defensif dengan serangan balik dan permainan penguasaan bola terkadang menyebabkan kebingungan di antara pemain. Ini menyebabkan kegagalan dalam mempertahankan konsistensi tekanan terhadap lawan dan berujung pada hilangnya momentum.

Sejumlah pertandingan kualifikasi Piala Dunia dan Nations League juga menunjukkan ketidakkonsistenan ini. Meskipun tim mampu mengamankan kemenangan, performa yang kurang meyakinkan melawan tim-tim yang secara teori lebih lemah memperlihatkan bahwa ada masalah dalam implementasi strategi di lapangan. Hal ini menciptakan kebingungan di kalangan pemain dan pendukung.

Lebih jauh lagi, dalam periode kritis, keputusan Southgate yang sering terlambat untuk melakukan pergantian pemain atau perubahan taktik sering kali menjadi sorotan. Ketika tim terlihat kesulitan mengatasi taktik lawan, respon yang terlambat dari pelatih sering kali merugikan tim. Ini menunjukkan perlunya peningkatan dalam pengambilan keputusan saat pertandingan berlangsung.

Kinerja Timnas Inggris di Turnamen Besar

Meskipun Southgate memimpin Inggris ke semifinal Piala Dunia 2018 dan final Euro 2020, kritik tetap mengemuka terkait kinerjanya di turnamen besar. Salah satu kritik utama adalah ketidakmampuan untuk mengonversi potensi menjadi gelar juara. Walaupun kemajuan mencapai fase akhir sangat diapresiasi, ketidakmampuan untuk mengatasi tekanan di pertandingan-pertandingan krusial menjadi pertanyaan.

Di Piala Dunia 2018, misalnya, Inggris menunjukkan performa yang solid hingga semifinal. Namun, melawan Kroasia, mereka kesulitan mempertahankan keunggulan dan akhirnya kalah di perpanjangan waktu. Ini menunjukkan masalah dalam manajemen pertandingan dan mentalitas ketika dihadapkan dengan tekanan di fase kritis.

Kegagalan di final Euro 2020 juga memberikan pelajaran yang berat. Setelah memimpin lebih dulu melawan Italia, tim kehilangan inisiatif dan bermain defensif selama sisa pertandingan. Ini memberikan tekanan yang besar dan Italia akhirnya menyamakan kedudukan sebelum menang melalui adu penalti. Keputusan untuk bermain terlalu bertahan dan tidak aktif melakukan serangan balik menjadi sumber kritik utama.

Selain itu, dalam beberapa pertandingan grup dan fase knock-out, strategi konservatif Southgate dipandang terlalu mengandalkan keberuntungan dan keterampilan individu dibanding strategi tim yang koheren. Meskipun memiliki skuad berbakat dan kompetitif, kinerja yang tidak maksimal di turnamen besar menciptakan pertanyaan mengenai efektivitas kepelatihannya.

Keterbatasan Strategi dan Pemilihan Pemain

Salah satu kritik utama lainnya terhadap Southgate adalah keterbatasan dalam strategi dan pemilihan pemain. Meskipun memiliki sejumlah talenta muda serta pemain berpengalaman, keputusan regarding starting XI dan pergantian pemain sering dikeluhkan oleh pengamat dan fans. Ketidakmampuan untuk menemukan kombinasi optimal antara pemain senior dan muda menyebabkan kurangnya dinamika dalam tim.

Penggunaan beberapa pemain di posisi yang kurang sesuai dengan keahliannya juga sering dikritik. Contohnya, memaksakan posisi terpusat untuk pemain sayap atau menunjuk bek kiri yang lebih defensif dibandingkan dengan opsi yang lebih menyerang. Hal ini mengurangi efektivitas pemain dan tidak memanfaatkan potensi penuh mereka di lapangan.

Selain itu, beberapa pemain muda berbakat sering kali tidak mendapatkan waktu bermain yang cukup atau kesempatan untuk menunjukkan kemampuannya. Meskipun konservatisme dalam pemilihan pemain bisa dimaklumi, kurangnya rotasi dan inovasi dalam strategi dapat menyebabkan stagnasi dan prediktabilitas dalam permainan Inggris.

Pelatih Timnas Inggris Gareth

Keputusan pergantian pemain yang terlambat juga sering menjadi masalah. Ketika permainan mandek atau membutuhkan dorongan baru, keengganan Southgate untuk segera bereaksi sering memperburuk situasi. Hal ini menunjukkan perlunya peningkatan dalam fleksibilitas taktis dan keberanian untuk membuat keputusan penting di tengah pertandingan.

Gareth Southgate telah membawa Timnas Inggris ke beberapa pencapaian penting selama masa jabatannya, namun tidak dapat dipungkiri bahwa ada beberapa area yang masih memerlukan perbaikan. Dari taktik pertahanan yang konservatif, pola permainan tidak konsisten, kinerja di turnamen besar yang mengecewakan, hingga keterbatasan dalam strategi dan pemilihan pemain. Semua ini adalah tantangan yang perlu diatasi jika Inggris ingin mencapai level tertinggi di kancah sepak bola internasional. Sebagai pelatih, Southgate perlu terus berkembang dan beradaptasi dengan tuntutan permainan modern untuk menghadirkan prestasi yang lebih baik bagi Timnas Inggris.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *